New Delhi, Nusakripto.com – Gubernur Bank Sentral India (RBI), Shaktikanta Das, menyampaikan kekhawatirannya mengenai dampak kecerdasan buatan (AI) terhadap stabilitas keuangan global. Dalam pidatonya di sebuah acara di New Delhi, Das menyoroti risiko yang muncul dari semakin meluasnya penggunaan AI dan pembelajaran mesin di sektor keuangan.
Menurut Das, dominasi beberapa perusahaan teknologi besar dapat menyebabkan risiko sistemik jika sistem AI mengalami kegagalan atau gangguan yang meluas. “Meskipun AI menawarkan manfaat besar seperti peningkatan efisiensi dan layanan pelanggan, kita tidak boleh mengabaikan risiko baru seperti serangan siber, pelanggaran data, dan sulitnya mengaudit algoritma AI yang kurang transparan,” jelas Das.
Kekhawatiran RBI bukanlah yang pertama. Bank Sentral Eropa (ECB) dalam laporan bulan Juli lalu juga mengungkapkan kekhawatiran yang sama. ECB menegaskan bahwa penggunaan AI secara luas di sektor keuangan bisa memicu risiko operasional yang signifikan, konsentrasi pasar, dan bahaya eksternalitas yang terlalu besar untuk diatasi. ECB bahkan memperingatkan bahwa AI bisa mendorong perilaku kawanan, manipulasi pasar, dan meningkatkan tekanan inflasi, di samping naiknya permintaan energi global akibat daya komputasi tinggi yang dibutuhkan AI.
Pada 20 September, Bank Sentral Kanada juga merilis laporan yang menyoroti risiko stabilitas keuangan akibat adopsi AI. Laporan tersebut menekankan bahwa meskipun AI membantu meningkatkan manajemen risiko, kepatuhan, dan analisis kredit, risiko operasional yang timbul akibat ketergantungan pada penyedia teknologi pihak ketiga dapat merusak stabilitas sistem keuangan.
Para pakar keuangan global semakin mendorong kolaborasi antara lembaga keuangan, regulator, dan pengembang teknologi untuk mengatasi tantangan ini. Pengawasan yang lebih ketat dan regulasi yang bijaksana diperlukan untuk memastikan bahwa manfaat AI dalam sektor keuangan dapat dimaksimalkan tanpa mengorbankan stabilitas jangka panjang sistem keuangan global.